Saturday, October 30, 2010

Bersepeda Bersama Tuhan

 
 
 
Bersepeda Bersama Tuhan

 

 
Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kelakuanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukan kesurga atau dicampakan kedalam neraka pada saat aku mati nanti. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang Raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar - diriNya, tetapi aku tidak mengenal-Nya. Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk dibelakang, membantu aku untuk mengayuh pedal sepeda.



Aku tidak tau sejak kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. Terasa membosankan, tetapi lebih dapat di prediksi … biasanya, hal itu tak berlangsung lama. Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tau jalan yang panjang dan menyenangkan. Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang tinggi. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa MENGGANTUNGKAN DIRIKU SEPENUHNYA PADA-NYA!. Terkadang rasanya seperti sesuatu yang `gila’, tetapi Ia berkata, “ Ayo, kayuh terus pedalnya!! “.



Aku takut, khawatir dan bertanya, “ Aku mau dibawa kemana ?? “ Yesus tertawa dan tak menjawab, dan AKU MULAI BELAJAR PERCAYA. Aku melupakan kehidupanku yang membosankan dan memasuki suatu petualangan yang baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, “ Aku takut! “ Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh dengan santai sambil menggenggam tanganku.



Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan … orang-orang itu MEMBANTU MENYEMBUHKAN AKU, mereka MENERIMAKU DAN MEMBERIKU SUKACITA. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan … perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami



Kemudian, Yesus berkata, “ Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita. “ Maka, akupun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.



Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepadanya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan.



Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh .. menikmati pemandangan dan semilir angina sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia; Yesus Kristus. Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata .. “ MENGAYUHLAH TERUS, AKU BERSAMAMU. “

No comments:

Post a Comment