Saturday, October 30, 2010

2PM


 
 2PM
 
 
 
 
Belajar Dari Paku





            Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantung paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah. Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku setiap hari dimana dia tidak marah.



            Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya kepagar. “Hmnn.. kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang dip agar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. dihati orang lain”.



            Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.
 … Anak yang Hilang …


Seorang gadis muda tumbuh di perkebunan cerry tidak jauh dari Traverse City, Michigan. Orang tuanya sedikit kolot, cenderung bereaksi berlebihan pada cincin dihidungnya, musik yang dia dengarkan dan panjang roknya. Mereka menghukumnya beberapa kali dan ia memendam kejengkelan dalam hati. “Saya membenci ayah!” teriaknya ketika ayahnya mengetuk pintu kamarnya setelah sebuah pertengkaran dan malam itu ia menjalankan rencana yang sudah ia pikirkan puluhan kali. Ia melarikan diri.

Ia baru sekali ke Detroit sebelumnya, dalam perjalanan dengan bis bersama kelompok remaja sekolahnya untuk menyaksikan permainan tim Tigers. Karena surat kabar di Traverse City sering memberitakan tentang geng, obat terlarang dan kekerasan di pusat kota Detroit dengan sangat rinci, ia menyimpulkan pasti orang tuanya tidak akan mencarinya kesana. California mungkin, atau Florida, tapi tidak Detroit.

Pada hari kedua ia di sana, ia bertemu seorang pria yang akan mengemudikan mobil paling besar yang pernah dilihatnya. Pria itu menawarkan untuk mengantarnya, membelikan makan siang, dan mengatur agar dia punya tempat tinggal. ia memberi gadis ini beberapa pil yang membuatnya tidak pernah merasa seenak ini. Ternyata selama ini ia memang benar, pikir gadis itu, orang tuanya melarangnya menikmati segala kesenangan.

Kehidupan menyenangkan berlanjut satu bulan, dua bulan, setahun. Orang bermobil besar itu ( ia memanggilnya “BOS” ) mengajarinya beberapa hal yang disukai pria. Karena ia masih dibawah umur, pria membayar mahal untuk dirinya. Ia tinggal di apartment mewah dan bisa memesan layanan kamar kapan saja. Sesekali ia teringat pada orang-orang di kampung halamannya, tapi hidup mereka sekarang tampak sangat membosankan dan kampungan sampai ia hampir tidak percaya ia tumbuh besar di sana.

Ia sedikit takut melihat fotonya di belakang kemasan susu dengan judul besar,

“Apakah Anda pernah melihat anak ini ? “. Tapi sekarang rambutnya sudah pirang dan semua riasan wajah juga perhiasan yang ia kenakan, tidak ada yang menyangka ia masih anak-anak. Lagipula, kebanyakan temannya adalah remaja yang melarikan diri dan tidak ada yang berkhianat di Detroit. Setelah setahun, tanda-tanda samar penyakit mulai muncul dan ia terkejut melihat betapa cepat BOSnya menjadi kejam. “ Jaman sekarang kita tidak bisa main-main,” geramnya, dan tiba-tiba saja ia sudah berada di jalanan tanpa uang dikantungnya. Ia masih melakukan “pekerjaannya” beberapa kali semalam, tapi bayaran yang ia dapati sangatlah sedikit dan semua uang itu habis untuk membayar semua kecanduannya.

Ketika musim dingin tiba, ia menemukan dirinya tidur dipagar logam di depan pusat pertokoan. “TIDUR” adalah kata yang salah, gadis remaja ditengah kota Detroit malam hari tidak pernah bisa mengendorkan kewaspadaannya. Lingkar hitam mengelilingi matanya, batuknya bertambah parah. Suatu malam ia berbaring tanpa bisa tidur, sambil mendengarkan langkah kaki, tiba-tiba kehidupannya tampak berbeda. Ia tidak lagi merasa jadi wanita hebat. Ia merasa seperti anak kecil, tersesat dikota yang dingin dan menakutkan. Ia mulai mengigil, kantungnya kosong dan ia lapar. Ia juga perlu narkotika. Ia melipat kakinya dan gemetar di bawah lembaran surat kabar yang ia tumpuk diatas mantelnya. Sesuatu muncul begitu saja dalam pikirannya dan satu gambaran terbayang dimatanya, bulan Mei di Traverse City, ketika jutaan pohon cerry berbuah bersamaan, ia berlarian bersama anjing golden retriever miliknya. Mengejar bola tennis di antara barisan pohon yang berbunga. “ Tuhan, mengapa aku pergi ? “ katanya dalam hati, dan rasa perih menghujam hatinya. Anjingku saja dirumah makan lebih enak dari pada aku sekarang. Ia menangis, dan dalam sekejap ia tau, tidak ada yang lebih dia inginkan di dunia kecuali pulang. Tiga sambungan telepon, tiga kali di jawab mesin penjawab. Dua kali Ia menutup telepon tanpa meninggalkan pesan, tapi ketiga kalinya ia berkata, “ Ayah, Ibu, ini aku. Aku berfikir mungkin aku akan pulang. Aku akan naik bis kesana dan aku akan sampai sekitar tengah malam besok. Kalau Ayah dan Ibu tidak datang, yah …., mungkin aku akan terus naik bis sampai kanada”.

Dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam dengan bis dari Detroit ke Traverse City dan sepanjang jalan ia menyadari cacat-cacat dalam rencananya. Bagaimana kalau orangtuanya sedang keluar kota dan melewatkan pesan itu ?. Bukan kah seharusnya ia menunggu satu dua hari sampai bisa berbicara langsung dengan mereka ? . Dan kalaupun mereka dirumah, mungkin mereka sudah lama menganggap dirinya mati. Seharusnya ia memberi waktu agar mereka bisa mengatasi rasa kagetnya.

Pikirannya bolak-balik antara khawatir dan kata-kata yang disusun untuk menyapa Ayahnya. “ Ayah, aku minta maaf. Aku tau aku yang salah. Bukan salah ayah, semuanya salahku. Ayah, bisakah ayah memaafkan aku ? “. Ia mengucapkan pikiran itu berulang-ulang dalam hati, kerongkongannya tercekat ketika melatihnya. Sudah bertahun-tahun ia tidak minta maaf pada siapapun. Bis melaju dengan lampu menyala sejak di Bay City. Butiran kecil salju yang berjatuhan di trotoar terlindas ribuan ban dan aspal beruap. Ia lupa segelap apa malam hari disini. Seekor rusa berlari menyeberang jalan dan bis menghindarinya sesekali, ada billboard. Tanda yang menunjukkan jaraknya ke Traverse City. Ketika bis akhirnya berbelok ke stasiun, rem udaranya mendesis, sopir mengumumkan dengan suara serak lewat microphone. “ Lima belas menit, saudara-saudara. Kita hanya berhenti selama itu disini.!! “.

Lima belas menit untuk memutuskan hidupnya, ia memeriksa dirinya di cermin lipat, merapikan rambutnya. Ia melihat noda tembakau diujung-ujung jarinya dan berfikir,  “ apakah orang tuanya akan melihatnya. Kalau mereka datang  ? “. Ia berjalan kedalam terminal. Tidak tau harus mengharapkan apa. Tidak satupun adegan yang ia siapkan dipikirannya bisa disiapkannya, untuk apa yang dilihatnya nanti. Di sana, di atas kursi-kursi plastic terminal bis Traverse City, Michigan, berdiri sekitar empat puluh saudara, paman, bibi, sepupu, nenek, nenek buyut.

Mereka semua memakai topi kertas pesta dan gulungan kertas yang bisa ditiup dan didinding terminal di tempeli spanduk yang dibuat dengan komputer yang bertuliskan,

 “ Selamat Pulang Kembali !! “. Di tengah kerumunan penyambut, muncul ayahnya. Ia memandang dengan mata perih dengan air mata sederas hujan dan ia memulai dengan sapaan yang sudah dihafalkan, “ Ayah. Aku minta maaf. Aku tau ……”.

Ayahnya memotong perkataannya. “ Ssstt… Anakku. Kita tidak punya waktu untuk itu. Tidak punya waktu untuk permintaan maaf. Kau akan terlambat ke pesta. Sebuah jamuaan menunggumu dirumah.”
Berhentilah Mengeluh …





Coba renungkan penyampaian ini sebelum anda mulai mengeluhkan berbagai hal yang terjadi dalam hidup anda …
  • Hari ini sebelum anda mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.
  • Sebelum anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang anda santap, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
  • Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.
  • Sebelum anda mengeluh bahwa anda buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.
  • Sebelum anda mengeluh tentang suami atau istri anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
  • Hari ini sebelum anda mengeluh tentang hidup anda, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
  • Sebelum anda mengeluh tentang anak-anak anda, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
  • Dan disaat anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan anda, pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang lumpuh yang berharap mereka memiliki pekerjaan seperti anda.
  • Sebelum anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada orang yang sempurna dan orang yang tak berdosa.


Kita semua menjawab kepada sang pencipta dan ketika anda bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan karena anda masih diberi nafas kehidupan. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu, cinta diciptakan tidak untuk disembunyikan atau disimpan, anda tidak mencintai seseorang hanya karena dia cantik, tampan atau yang lainnya. Mereka cantik dan tampan karena anda mencintainya……


It’s true, you don’t know what you’ve got until it’s gone, but it’s also true, you don’t know what you’ve been missing until it arrives !!
Perbedaannya …

 

Aku bangun lebih pagi suatu hari,

dan bergegas memasuki hari itu,

terlalu banyak yang harus kukerjakan,

sehingga tiada waktu untuk berdoa.



Masalah datang menimpaku,

dan setiap tugas terasa semakin berat.

aku heran : “Mengapa Tuhan tidak menolongku ?”

dia menjawab : “Engkau tidak memintanya.”



Aku ingin melihat sukacita dan keindahan,

tetapi hari begitu kelabu dan mendung.

aku heran mengapa Tuhan tidak memberikannya,

jawabnya: “Karena engkau tidak mencarinya.”


Aku mencoba untuk masuk dalam hadiratNya,

kugunakan seluruh kunci pada pintuNya.

tuhan dengan manis dan kasihNya menegurku,

“Anakku, engkau tidak mengetuk.”



Aku bangun lebih pagi hari ini,

berdiam sejenak sebelum memasuki hari ini.

terlalu banyak yangharus kukerjakan,

karenanya aku perlu ambil waktu untuk berDOA.

 Datanglah Dengan Seadanya ….





 Ku menggeleng-gelengkan kepalaku dalam ketidak percayaan. Tidak mungkin ini tempatnya. Sebenarnya, tidak mungkin aku di terima disini. Aku sudah diberi undangan beberapa kali, oleh beberapa orang yang berbeda dan baru akhirnya memutuskan untuk melihat tempatnya seperti apasih. Tapi, tidak mungkin ini tempatnya. Dengan cepat, aku melihat pada undangan yang ada pada genggamanku. Aku memeriksa dengan teliti kata-katanya. ” Datanglah sebagaimana adanya kamu. Tidak perlu ditutupi.” Dan menemukan lokasinya.

Ya … aku berada di tempat yang benar. Aku mengintip lewat jendelanya sekali lagi dan melihat sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang yang wajahnya terpancar sukacita. Semuanya berpakaian rapi, diperindah dengan pakaian bagus yang terlihat bersih seperti kalau mereka makan di restoran bagus. Dengan perasaan malu, aku memandang pada pakaianku yang buruk dan compang camping, penuh dengan noda. Aku kotor, bahkan menjijikan.

Bau yang busuk ada padaku dan aku tidak dapat membuang kotoran yang melekat pada tubuhku. Ketika aku akan berputar meninggalkan tempat itu, kata-kata dari undangan tersebut seakan meloncat keluar, “ Datanglah sebagaimana kamu adanya. Tidak perlu ditutupi. “

Aku memutuskan untuk mencobanya. Dengan mengerahkan semua keberanianku, aku membuka pintu restoran dan berjalan kearah laki-laki yang berdiri di belakang panggung.

“ Nama Anda Tuan ??? “ ia bertanya kepadaku dengan senyuman. “ Daniel F. Renken. “ ,bergumam tanpa berani melihat keatas. Aku memasukkan tanganku kekantungku dalam-dalam, berharap untuk dapat menyembunyikan noda-nodanya. Ia sepertinya tidak menyadari kotoran yang berusaha aku sembunyikan dan ia melanjutkan.” Baik, Tuan. Ada Sebuah meja sudah dipesan atas nama anda. Anda mau duduk ?? “ Aku tidak percaya akan apa yang aku dengar!! Aku tersenyum dan berkata “ Ya Tentu saja !.” Ia mengantarku kesebuah meja dan cukup yakin ada plakat dengan namaku tertera dengan tulisan tebal berwarna merah tua.

Ketika aku membaca menu-menunya, aku melihat berbagai macam hal-hal yang menyenangkan tertera disana. Hal-hal tersebut seperti “ Damai “, “ Sukacita “, “ Berkat “, “ Kepercayaan Diri  “,” Keyakinan ”,” Pengharapan ”,” Cinta Kasih ”,” Kesetiaan ”, dan ” Pengampunan ”.
 
Aku sadar bahwa ini bukan restoran yang biasa!! Aku mengembalikan menunya kedepan untuk melihat tempat dimana aku berada. “Kemurahan Tuhan” adalah nama tempat ini.
 
Laki-laki tadi kembali dan berkata, ”Aku merekomendasikan sajian special hari ini. dengan memilih menu special hari ini. anda berhak untuk mendapatkan semua yang ada di menu ini.”

Kamu pasti bercanda !  pikirku dalam hati. Maksudmu, aku bisa mendapatkan SEMUA yang ada di menu ini ?

“Apa menu special hari ini?” Aku bertanya dengan penuh kegembiraan. ”Keselamatan”. Jawabnya. “ Aku Ambil. “ jawabku spontan. Kemudian, secepat aku membuat keputusan itu, kegembiraan meninggalkan tubuhku. Sakid dan penderitaan merenggut lewat perutku dan air mata memenuhi mataku. Dengan menangis tersedu sedan, aku berkata “ Tuan, Lihatlah diriku. Aku ini kotor dan hina, aku tidak bersih dan berharga. Aku ingin mendapatkan semua ini, tapi aku tidak dapat membelinya.”

Dengan berani laki-laki itu tersenyum lagi. “Tuan, Anda sudah dibayar oleh laki-laki disebelah sana.” Katanya sambil manunjuk pintu masuk ruangan.”Namanya Yesus”. Aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang kehadirannya membuat terang seluruh ruangan itu. Aku melangkah maju kearah laki-laki itu dan dengan suara gemetar aku berbisik.” Tuan, Aku akan mencuci piring-piring atau membersihkan lantai atau mengeluarkan sampah. Aku akan melakukan apapun yang bisa aku lakukan untuk membayar kembali atas semua ini.”

Ia membuka tangannya dan berkata dengan senyuman, ”Anakku, semuanya ini akan menjadi milikmu, cukup hanya datang kepadaKu. Mintalah padaku untuk membersihkanmu dan Aku akan melakukannya. Mintalah padaKu untuk membuang Noda-noda itu dan itu terlaksana. Mintalah padaKu untuk mengijinkamu makan di mejaKu dan kamu akan makan. Ingat, meja ini di pesan atas namamu. Yang bisa kamu lakukan hanyalah MENERIMA pemberian yang sudah Aku tawarkan padamu.”

Dengan kagum dan takjub, aku terjatuh dikakiNya dan berkata, “ Tolong,…Yesus. Tolong bersihkan hidupku. Tolong ubahkan aku, ijinkan aku duduk di mejaMudan berikan padaku sebuah hidup yang baru. “ Dengan segera aku mendengar, “ Sudah Terlaksana. “ Aku melihat pakaian putih menghiasi tubuhku yang sudah bersih. Sesuatu yang aneh dan indah terjadi. Aku merasa seperti baru, seperti beban yang sudah terangkat dan aku mendapatkan diriku duduk di mejaNya.

“Menu special hari ini sudah di pesan.” Kata Tuhan kepada ku.”Keselamatan Menjadi Milikmu.” Kami duduk dan bercakap-cakap untuk beberapa waktu lamanya dan aku sangat menikmati waktu yang kuluangkan bersamaNya. Ia berkata kepadaku dan kepada semua orang, bahwa Ia ingin aku kembali sesering aku ingin bantuan lain dari Tuhan. Dengan jelas Ia ingin aku meluangkan waktuku sebanyak mungkin denganNya.

Ketika waktu sudah dekat bagiku untuk kembali ke ‘dunia nyata’, Ia berbisik padaku dengan lembut, “dan Daniel, AKU MENYERTAIMU SELALU.” Dan kemudian, Ia berkata sesuatu yang tidak akan aku lupakan. Ia berkata.” Anakku, lihatkah kamu beberapa meja yang kosong diseluruh ruangan ini ? “,” Ya,..Tuhan. Aku melihatnya. Apa artinya ? “ jawabku. “ Ini Adalah meja-meja yang sudah di pesan, tapi tiap-tiap individu yang namanya tertera di tiap plakat ini, belum menerima undangan untuk makan. Maukah kamu membagikan undangan-undangan ini untuk mereka yang belum bergabung dengan kita ? “ Tanya Yesus. “ Tentu Saja “ Jawabku dengan kegembiraan dan memungut undangan tersebut. “ Pergilah keseluruh bangsa,” Ia berkata ketika aku pergi meninggalkan restoran tersebut.

Aku berjalan masuk ke “ Kemurahan Tuhan “ dalam keadaan kotor dan lapar. Ternoda oleh dosa Asalku bagai kain tua yang kotor. Dan Yesus membersihkanku. Aku berjalan keluar seperti orang yang baru … berbaju putih, seperti Dia. Dan, aku akan menepati janjiku pada Tuhanku.


Aku akan pergi.



Aku akan menyebar luaskan perkataanNya.



Aku akan memberitakan Injil …



Aku akan membagi-bagikan undanganNya.



Dan aku akan memulainya dari kamu. Pernahkah kamu pergi ke restoran “ Kemurahan Tuhan ? “ , Ada sebuah meja yang di pesan atas namamu, dan inilah undangan untuk mu.





“ DATANGLAH SEBAGAIMANA KAMU ADANYA. TIDAK PERLU DITUTUP-TUTUPI. ”

Anak Anjing

Anak Anjing





Seorang petani mempunyai beberapa anjing yang akan di jualnya. Dia menulisi papan untuk mengiklankan anak-anak anjingnya tersebut dan memakukannya pada tiang di pinggir halamannya. Ketika dia sedang dalam perjalanan untuk memasangnya, dia merasakan tarikan pada bajunya. Dia memandang ke bawah dan bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil. “ Tuan, “ anak itu berkata, “ Saya ingin membeli salah satu anak anjing anda. “


“yah !!” kata sipetani, sambil mengusap keringat di lehernya, “ Anak-anak anjing ini berasal dari keturunan yang bagus dan cukup mahal harganya.” Anak itu tertunduk sejenak, kemudian merogoh ke dalam saku bajunya. Ia menarik segenggam uang receh dan menunjukannya kepada si petani.



“ Saya punya tiga puluh sen. Apakah ini cukup untuk membelinya ? “, “ Tentu “, kata si petani yang kemudian bersiul, “ Dolly, kemari !! “ panggilnya. Dolly keluar dari kandangnya dan berlari turun diikuti oleh anak-anaknya.



Si anak laki-laki tersebut menempelkan wajahnya ke pagar, matanya berbinar-binar. Sementara anjing-anjing tersebut berlarian menuju pagar, perhatian anak laki-laki tersebut beralih pada sesuatu yang bergerak di rumah anjing. Perlahan keluarlah seekor anak anjing, lebih kecil dari yang lain. Ia berlari menuruni lereng dan terpeleset. Kemudian dengan terpincang-pincang berlari, berusaha menyusul yang lain.



“Aku mau yang itu,” kata si anak, menunjukan pada anak anjing kecil itu. Sang petani duduk disampingnya dan berkata, “ Nak, kau tidak akan mau anak anjing yang itu, dia tidak akan bisa berlari-larian bermain bersamamu seperti yang bisa dilakukan anak-anak anjing yang lainnya.”



Anak itu malangkah menjauh dari pagar, meraih kebawah, dan menggulungkan celana disalah satu kakinya, memperlihatkan penguat kaki dari logam yang melingkari kakinya hingga sepatu yang dibuat khusus untuknya. Ia memandang sang petani dan berkata, “Anda liat tuan, saya juga tidak bisa berlari dan anak anjing itu memerlukan seseorang yang bisa memahaminya.”



Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan orang lain yang mau memahaminya. Dan kitab ku mengajarkan, “ Sebab siapa malu karena Aku, Aku pun akan malu karena orang itu di hadapan Bapa-Ku.”

Bersepeda Bersama Tuhan

 
 
 
Bersepeda Bersama Tuhan

 

 
Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kelakuanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukan kesurga atau dicampakan kedalam neraka pada saat aku mati nanti. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang Raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar - diriNya, tetapi aku tidak mengenal-Nya. Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk dibelakang, membantu aku untuk mengayuh pedal sepeda.



Aku tidak tau sejak kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. Terasa membosankan, tetapi lebih dapat di prediksi … biasanya, hal itu tak berlangsung lama. Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tau jalan yang panjang dan menyenangkan. Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang tinggi. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa MENGGANTUNGKAN DIRIKU SEPENUHNYA PADA-NYA!. Terkadang rasanya seperti sesuatu yang `gila’, tetapi Ia berkata, “ Ayo, kayuh terus pedalnya!! “.



Aku takut, khawatir dan bertanya, “ Aku mau dibawa kemana ?? “ Yesus tertawa dan tak menjawab, dan AKU MULAI BELAJAR PERCAYA. Aku melupakan kehidupanku yang membosankan dan memasuki suatu petualangan yang baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, “ Aku takut! “ Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh dengan santai sambil menggenggam tanganku.



Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan … orang-orang itu MEMBANTU MENYEMBUHKAN AKU, mereka MENERIMAKU DAN MEMBERIKU SUKACITA. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan … perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami



Kemudian, Yesus berkata, “ Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita. “ Maka, akupun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.



Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepadanya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan.



Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh .. menikmati pemandangan dan semilir angina sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia; Yesus Kristus. Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata .. “ MENGAYUHLAH TERUS, AKU BERSAMAMU. “

1TYM


125991
 
 1TYM
 
 
 
 

2NE1




2NE1




Friday, October 22, 2010

Bayanganku Di Cermin

Sore itu hujan rintik-rintik mengantar Patrik pulang ke asrama tempat tinggalnya, dia seorang mahasiswa yang hidup jauh dari kampung halaman dan keluarganya. Dengan lelah ia meletakan tas yang penuh dengan buku diatas meja belajarnya, dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian dan segera berbaring di tempat tidurnya dengan harapan lelah yang ia rasakan segera terobati. pikirnya: 'Mengapa aku begitu lelah?', ''seandainya tadi nilai ujianku A, B atau setidaknya C, pastinya aku tidak frustasi seperti ini, frustasi ini membuat aku begitu lelah dan hanya ingin tidur saja rasanya, hmm.. tapi ujian belum selesai, besok ada 2 mata ujian yang harus kuhadapi, yah.. Tuhan tolonglah aku''.

Ia bangun dari tidurnya, menyandarkan punggungnya ke bantal dan duduk menatap cermin yang menempel di lemari tepat di depannya, ia pun mengutarakan keluhannya kepada bayangannya di cermin, dalam hatinya ia berkata : 'Hai kamu yang disana, bayanganku, apakah nasibmu sama denganku? Bagaimana kehidupanmu di duniamu? Aku tahu kalau kamu mempunyai kehidupanmu sendiri dan sekarang kamu sedang bercakap-cakap denganku bayanganmu dan akupun sedang bercakap-cakap denganmu bayanganku, iapun mendekati cermin itu dan melihat ke dalam cermin, ia menyerongkan kepalanya agar dapat melihat situasi didalam cermin itu..' Ya aku tau, kamu sedang melihat ke dalam kamarku, rasanya aku ingin memecahkan engkau cerminku.. apa katamu? Kau ingin memecahkan cerminku? Ya kita ini sama dan apa yang aku lakukan kamu juga akan melakukannya, di duniamu yang aku sebut dunia cermin dan di duniaku yang kamu sebut dunia cermin juga,'' katanya sambil tersenyum sendiri.

Ia kembali ke tempat tidurnya dan berusaha untuk beristirahat agar lelah yang ia rasakan lenyap, pikirnya, ' Kalau aku tidak istirahat, aku tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar'. Sejam berlalu namun ia masih melamun di tempat tidurnya, kembali ia menatap cermin dari tempat tidurnya dan pikirannya terbawa ke dalam khayalannya.

Dalam khayalan cermin menyapanya, 'Apa yang terjadi padamu?' Ini aku cermin teman sekamarmu, ceritakanlah padaku masalahmu. Dia menjawab cermin itu, 'Apa yang salah denganku?' Aku selalu saja merasa iri hati dengan teman-temanku bahkan akupun sering frustasi karna apa yang aku capai sangat tidak memuaskan hatiku dan lagi mengapa teman-temanku mencapai hal yang aku inginkan sedangkan aku sendiri tidak dapat mencapainya, prestasi akademik, wanita idaman, bahkan akupun iri dengan tinggi badan yang mereka miliki namun tidak aku miliki, aku selalu berusaha untuk tidak memikirkannya namun pikiran itu selalu menggangguku.

Sesaat kemudian bayangannya keluar dari cermin dan duduk di tempat tidurnya tepat di samping Patrik dan sambil tersenyum bayangan itu berkata: 'Aku ini cermin dan aku mempunyai banyak rupa, banyak orang yang melihat dirinya padaku dan aku melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh rasa iri hati yang dimilikinya, kebanyakan aku melihat hidup mereka digerakan oleh hal-hal yang tidak semestinya menggerakkan hidup mereka, rasa bersalah, benci, marah, rasa takut, materi, kedudukan, nama baik dan hal-hal lainnya, aku pun bingung dengan masing-masing mereka, apakah untuk itu tujuan hidup mereka ?"

Patrik menjawabnya dengan nada bertanya, 'Bukankah memang seperti itu kehidupan ini?', bayangan itu menatapnya dan berkata, 'Kawanku.. benar katamu, kehidupan di dunia ini memang seperti itu, tapi semuanya itu bukanlah tujuan hidup ini, Patrik kembali bertanya dengan nada penasaran, 'Kalau begitu apakah tujuan hidup itu? Katakan padaku hai kamu bayanganku. Bayangannya tersenyum dan berkata pada Patrik, "Lihatlah kehidupan manusia yang tidak digerakan tujuan, hidupnya tiada makna dan ia berusaha menyenangkan hati semua orang, aku tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk berhasil tapi apa yang mereka lakukan adalah kegagalan, kenalilah tujuan hidupmu dan biarkan hidupmu digerakan olehnya.

Sahut Patrik kepadanya, 'Hai bayanganku beritahukan padaku apakah tujuan hidupku itu? Aku ini bayanganmu masakan engkau bertanya padaku yang adalah bayanganmu.

Lihatlah seorang ibu yang menjahit pakaian yang indah, tak seorang pun tau untuk apa ibu itu membuat pakaian yang indah itu selain dia yang membuatnya, anak perempuan ibu itu bertanya kepadanya,'untuk apa ibu membuat pakaian yang indah itu', sambil tersenyum ibu itu menjawab, "Anakku yang kukasihi, aku akan membuat pakaian yang indah yang aku rencanakan untuk hari pernikahanmu nanti. "

Patrik terdiam sambil memandang bayangannya, kata bayangan itu padanya, "Mengapa engkau memandangiku? Aku tidak dapat memberitahu tujuan hidupmu hanya Dia yang menciptakanmu yang mengetahuinya, satu hal yang ingin kuberitahu kepadamu, bahwa hidupmu ini bukan mengenai kamu, tetapi bagi kemuliaanNya yang menciptakan engkau, sebab segalah sesuatu diciptakan oleh Dia dan bagi Dia. bayangan itu tersenyum dan lenyap meninggalkan Patrik.

Patrik terbangun dari tidurnya, lelahnya sudah pergi meninggalkannya, ia bangun duduk di meja belajarnya dan memanjatkan doanya, "Ya Tuhan, segala kemuliaan hanya bagiMu, kutahu hidupku hanya untuk kemuliaan namaMu, pakailah hidupKu ya Tuhan biarlah yang kulakukan hanyalah untukmu, aku akan belajar untuk ujian besok dan semua itu kupersembahkan untuk Engkau, kebersyukur untuk semua yang terjadi dalam hidupku peganglah tanganKu ya Tuhan dalam menghadapi dunia ini, ampuniku atas kelemahanku, aku membutuhkan Engkau. Amin."

Patrik membuka buku pelajarannya dan belajar dengan sukacita.

Doa Yang Dijawab

 

Ada seorang kakek yang sudah tua, tinggal di sebuah rumah di pinggiran desa. Kakek ini adalah seorang yang sangat saleh dan rajin beribadah kepada Tuhan. Si kakek dikenal di seluruh desa karena kebaikannya suka menolong orang dan taat beribadah.
Pada suatu hari turun hujan lebat di desa tersebut dan air dengan sangat cepatnya naik ke atas dan telah mencapai sebatas lutut. Orang-orang di desa tersebut telah diinstruksikan untuk mengungsi dan ramai-ramai mereka membawa barang-barangnya keluar dari rumah mereka masing-masing.
Si Kakek yang tinggal di pinggiran desa juga tidak luput dari situasi banjir tersebut dan menjadi cemas karenanya, tetapi sebagai orang yang beriman, dia berusaha berdoa memohon kepada Tuhan untuk menghentikan hujan yang lebat tersebut agar seluruh orang di desa tersebut bisa diselamatkan.
Tak lama setelah dia berdoa, datanglah kepala desa hendak menjemputnya dengan kendaraan jipnya, tetapi si kakek menolak dengan halus dan dia berkata bahwa dia percaya bahwa Tuhan akan mendengarkan doanya dan segera menghentikan hujan lebat tersebut.
Pergilah segera sang kepala desa dengan perasaan cemas, tetapi karena dia percaya bahwa dia memang orang yang saleh, tentunya Tuhan juga pasti akan menolongnya juga. Hujan turun semakin lebatnya dan telah mencapai ketinggian satu meter dan seluruh penduduk desa telah mengungsi ke luar dan si kakek pun sudah berjongkok di atas lemarinya, dengan perasaan yang semakin cemas akhirnya dia berdoa dengan lebih keras lagi memohon kepada Tuhan untuk segera menghentikan hujan lebat tersebut.
Tak lama kemudian datanglah regu penyelamat dengan mengendarai perahu karet dan berteriak-teriak memanggil si kakek. Si kakek pun berteriak kepada regu penyelamat tersebut dan berkata bahwa dia telah berdoa kepada Tuhan dengan lebih bersungguh-sungguh dan Tuhan selama ini tidak pernah tidak mendengarkan doanya dan dia percaya bahwa kali inipun Tuhan pasti mendengarkan doanya.
Akhirnya perahu karet itupun pergi dengan perasaan yang sangat khawatir akan keselamatan si kakek, tetapi karena merekapun merasa bahwa sang kakek memang memiliki iman yang lebih tebal daripada mereka maka merekapun tidak berani memaksa lebih keras lagi. Sepeninggal regu penyelamat dengan perahu karet, hujan malah turun semakin lebatnya dan lebih lebat dari sebelumnya dan kali ini si kakek sudah berdiri di atas atap rumahnya dan berteriak-teriak dengan sangat kerasnya berdoa memohon kepada Tuhan untuk segera menghentikan hujan lebat tersebut.
Dari atas terdengar deru helikopter dengan keras dengan lampu sorotnya dan tampak beberapa orang berteriak dari atas helikopter kepada sang kakek untuk segera menangkap tali yang dilemparkan ke bawah. Dan kali inipun sang kakek menolak dan berkata dengan yakinnya bahwa dia telah berdoa dengan sangat sungguh-sungguh dan kali ini Tuhan pasti akan menghentikan hujan tersebut dan menolong si kakek.
Dengan putus asa helikopter tersebut meninggalkan si kakek yang terus berteriak-teriak memohon kepada Tuhan untuk menghentikan hujan lebat tersebut dan mereka berharap bahwa semoga doa kakek terkabul dan mereka juga tahu bahwa kakek adalah orang yang sangat beriman dan selalu menolong orang lain.
Akhir kata, hujan tidak juga berhenti dan menenggelamkan si kakek dan dia pun meninggal. Karena selama hidupnya kakek tersebut sangat beriman dan tidak pernah sekalipun berbuat yang tidak baik dihadapan Tuhan, maka si kakek diijinkan masuk ke dalam surga. Di surga, kakek bertemu dengan Tuhan dan lalu menyatakan kekecewaannya karena doanya yang terakhir tidak dikabulkan oleh-Nya.
Tuhan pun berfirman kepadanya, "Kakek yang baik, engkau adalah anak-Ku yang baik dan sepanjang hidupmu engkau selalu menuruti firman-Ku, dan Aku pun selalu mendengarkan doa-doamu dan mengabulkannya. Pada waktu engkau berdoa yang pertama kalinya, Aku telah mengirim kepala desa untuk menjemputmu dengan mobil jipnya tetapi engkau tolak, lalu doamu yang kedua, Aku mengirimkan regu penyelamat dengan perahu karetnya dan itupun kau tolak dan terakhir engkau berdoa kepadaKu, Aku mengirimkan sebuah helikopter untuk menjemputmu tetapi masih engkau tolak juga. Aku selalu mendengarkan doamu anakKu."

Inti cerita ini adalah mengenai sebuah kesempatan,
dan bagaimana kita mengerti jawaban Tuhan atas doa-doa kita.

Mengucap Syukurlah

Mengucap Syukurlah

 

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya...
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak cantik...
Lalu Dia menunjukkan seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua...
Lalu Dia menujukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar...
Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak...dan terpaksa tinggal dijalanan.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja...
Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal...
Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar...
Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku...
Dia lalu menunjukkan AlkitabNya...Dia menunjukkan AnakNya, yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.

Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku...
Dan itu cukup bagiku.

Terburu-buru

 Terburu-buru

Aku sedang terburu-buru. Aku berlari lewat ruang makan kami dengan pakaian terbaikku, memusatkan perhatian agar siap untuk pertemuan pagi ini. Gillian, putraku yang berusia empat tahun, menari-nari sambil mendengarkan lagu tua kesenangannya, "Cool" dari West Side Story. Aku terburu-buru, karena nyaris terlambat. Tetapi suatu suara kecil di dalam diriku berkata, Stop. Maka aku pun berhenti. Aku melihat anakku. Aku meraih dan menggenggam tangannya, lalu memutar-mutarnya berkeliling. Anakku yang berusia tujuh tahun, Caitlin, masuk ke dalam orbit kamu, lalu aku pun merengkuhnya. Kami bertiga berdansa jitterbug di sekeliling ruang makan dan ruang duduk. Kami tertawa dan berputar-putar. Apakah para tetangga bisa melihat kesintingan kami lewat jendela? Tak jadi soal. Lagu itu berakhir dengan meriah dan tarian kami pun berakhir bersamanya. Aku menepuk pantat mereka dan menyuruh mereka mandi. Mereka naik ke atas tangga, terengah-engah, dan tawa mereka menggema di dinding. Aku kembali ke urusanku. Aku sedang membungkuk untuk memasukkan kertas-kertas kerja ke dalam tas, ketika aku mendengar anakku yang lebih kecil bicara pada kakaknya, "Caitlin, bukanlah Mama kita adalah yang terbaik?"

Aku terpaku. Andaikan aku tadi terburu-buru dalam hidup ini aku pasti akan kehilangan saat itu. Ingatanku melayang ke piagam demi piagam dan diploma yang memenuhi dinding kerjaku. Tak ada piagam maupun penghargaan yang kuperoleh mampu menandingi yang satu ini: "Bukankah Mama kita adalah yang terbaik?"
Anakku mengatakan hal itu pada usia empat tahun. Tak kuharapkan ia mengatakan hal itu pada usia 14 tahun. Tetapi pada usia 40, jika membungkuk di atas peti kayu untuk mengucapkan selamat jalan kepadaku, aku ingin ia mengatakan hal itu lagi.
"Bukankah Mama kita adalah yang terbaik?"
Perkataan itu tak bisa dimasukkan ke dalam curiculum vitae-ku. Tetapi aku ingin itu dituliskan pada batu nisanku.

KEPUASAN HANYA ADA DI RASA SYUKUR


 KEPUASAN HANYA ADA DI RASA SYUKUR



Siang itu tadi temanku tiba-tiba nelpon. Makan siang yuk, ajaknya. Oke, jawabku. So she picked me up at the lobby of Jakarta Stock Exchange Building.

Selepas SCBD, kami masih belum ada ide mau makan dimana. Ide ke soto Pak Sadi segera terpatahkan begitu melihat bahwa yang parkir sudah sampai sebrang-sebrang.

Akhirnya kami memutuskan makan gado-gado di Kertanegara. Bisa makan di mobil soalnya sampai di sanamasih sepi. Baru ada beberapa mobil. Kami masih bisa milih parkir yang enak. Mungkin karena masih pada jumatan. Begitu parkir, seperti biasa, joki gado-gado sudah menanyakan mau makan apa, minum apa.

Kami pesan dua porsi gado-gado + teh botol. Sambil menunggu pesanan, kami pun ngobrol. So, ketika tiba2 ada seorang pemuda lusuh nongol di jendela mobil kami, kami agak kaget. "Semir om?" tanyanya. Aku lirik sepatuku. Ugh, kapan ya terakhir aku nyemir sepatuku sendiri? Aku sendiri lupa. Saking lamanya. Maklum, aku kankaryawan sok sibuk...Tanpa sadar tangan ku membuka sepatu dan memberikannya pada dia. Dia menerimanya lalu membawanya ke emperan sebuah rumah. Tempat yang terlihat dari tempat kami parkir. Tempat yang cukup teduh. Mungkin supaya nyemirnya nyaman.

Pesanan kami pun datang. Kami makan sambil ngobrol. Sambil memperhatikan pemuda tadi nyemir sepatu ku. Pembicaraan pun bergeser ke pemuda itu. Umur sekitar 20-an. Terlalu tua untuk jadi penyemir sepatu. Biasanya pemuda umur segitu kalo tidak jadi tukang parkir or jadi kernet,ya jadi pak ogah. Pandangan matanya kosong. Absent minded. Seperti orang sedih. Seperti ada yang dipikirkan. Tangannya seperti menyemir secara otomatis. Kadang2 matanya melayang ke arah mobil-mobil yang hendak parkir (sudah mulai ramai).

Lalu pandangannya kembali kosong. Perbincangan kami mulai ngelantur kemana-mana. Tentang kira2 umur dia berapa, pagi tadi dia mandi apa enggak, kenapa dia jadi penyemir dll. Kami masih makan saat dia selesai menyemir. Dia menyerahkan sepatunya pada ku. Belum lagi dia kubayar, dia bergerak menjauh, menuju mobil-mobil yang parkir sesudah kami.

Mata kami lekat padanya. Kami melihatnya mendekati sebuah mobil. Menawarkan jasa. Ditolak. Nyengir. Kelihatannya dia memendam kesedihan. Pergi ke mobil satunya. Ditolak lagi. Melangkah lagi dengan gontai ke mobil lainnya.. Menawarkan lagi. Ditolak lagi. Dan setiap kali dia ditolak, sepertinya kami juga merasakan penolakan itu.

Sepertinya sekarang kami jadi ikut menyelami apa yang dia rasakan. Tiba-tiba kami tersadar. Konyol ah. Who said life would be fair anyway. Kenapa jadi kita yang mengharapkan bahwa semua orang harus menyemir? Hihihi...

Perbincangan pun bergeser ke topik lain. Di kejauhan aku masih bisa melihat pemuda tadi, masih menenteng kotak semirnya di satu tangan, mendapatkan penolakan dari satu mobil ke mobil lainnya. Bahkan, selain penolakan,di beberapa mobil, dia juga mendapat pandangan curiga.

Akhirnya dia kembali ke bawah pohon.. Duduk di atas kotak semirnya. Tertunduk lesu...Kami pun selesai makan. Ah, iya. Penyemir tadi belum aku bayar. Kulambai dia. Kutarik 2 buah lembaran ribuan dari kantong kemejaku. Uang sisa parkir. Lalu kuberikan kepadanya. Soalnya setahu ku jasa nyemir biasanya 2 ribu rupiah.

Dia berkata kalem "Kebanyakan om. Seribu aja".

BOOM. Jawaban itu tiba-tiba serasa petir di hatiku. It-just-does- not-compute- with-my-logic! Bayangkan, orang seperti dia masih berani menolak uang yang bukan hak-nya.

Aku masih terbengong-bengong waktu nerima uang seribu rupiah yang dia kembalikan. Se-ri-bu Ru-pi-ah. Bisa buat apa sih sekarang? But, dia merasa cukup dibayar segitu. Pikiranku tiba-tiba melayang. Tiba-tiba aku merasa ngeri. Betapa aku masih sedemikian kerdil. Betapa aku masih suka merasa kurang dengan gaji ku. Padahal keadaanku sudah sangat jauh lebih baik dari dia.

Tuhan sudah sedemikian baik bagiku, tapi perilaku-ku belum seberapa dibandingkan dengan pemuda itu, yang dalam kekurangannya, masih mau memberi, ke aku, yang sudah berkelebihan.

Siang ini aku merasa mendapat pelajaran berharga. Siang ini aku seperti diingatkan. Bahwa kejujuran itu langka. Bahwa kepuasan itu adanya di rasa syukur.

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang


Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang


            Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang dari perjalanannya keluar rumah dan ia melihat ada tiga orang pria berjanggut yang duduk di halaman rumahnya. Wanita itu tidak mengenal ketiga orang tersebut.
            Wanita itu berkata dengan senyuman yang khas, “Aku tidak mengenal anda, tapi aku yakin anda semua orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.
            Pria berjanggut itupun balik bertanya, “ Apakah suamimu sudah pulang ?”. wanita itupun menjawab, “Belum,….dia sedang keluar”. “Oh,…kalau begitu, kami tak ingin masuk, kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.
            Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang istri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali dan mereka boleh masuk untuk menikmati malam ini”. Istrinya pun keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam, “Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan. “Lho, kenapa ?” Tanya sang istri karena merasa heran.
            Salah seorang itu berkata, “ Nama saya kekayaan”, katanya sambil menunjukan pria berjanggut di sebelahnya, “ Sedangkan yang ini bernama kesuksesan”, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya, “ Dan aku bernama kasih sayang, sekarang coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kedalam rumah mu ?
            Wanita itu kembali masuk kedalam dan memberi tau pesan pria yang diluar. suaminya pun merasa heran. “Ooh….menyenangkan sekali, baiklah kalau begitu, coba kamu ajak si kekayaan masuk kedalam, aku ingin rumah ini penuh dengan kekayaan”. Istrinya tak setuju dengan pilihan itu, “ Sayangku kenapa kita tak mengundang si kesuksesan saja ? sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen lading pertanian kita”. Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si kasih sayang yang masuk kedalam ? rumah kita akan nyaman dan penuh kehangatan kasih sayang”.
            Suami istri itu pun setuju dengan pilihan buah hati mereka. “ Baiklah, ajak masuk si kasih sayang ini ke dalam, dan malam ini si kasih sayang akan menjadi teman makan malam kita “.
            Wanita itu kembali keluar dan bertanya kepada ke tiga pria tersebut, “Siapakah diantara kalian yang bernama kasih sayang ? ayo ..silahkan masuk, anda menjadi tamu kami malam ini”. Si kasih sayang berdiri dan berjalan menuju beranda rumah. o0h … ternyata, ke dua pria berjanggut lainnya ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si kekayaan dan kesuksesan. “Aku hanya mengundang si kasih sayang yang masuk kedalam, tapi kenapa kalian juga ikut juga ?
            Kedua pria yang di Tanya itu menjawab bersamaan, “Kalau anda mengundang si kekayaan atau si kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal diluar. Namun, karena anda mengundang kasih sayang, maka kekayaan dan kesuksesan juga ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta dan hanya kasih sayang yang dapat melihat. Hanya dia yang bisa menunjukan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat menjalani hidup ini”.

Cara Pandang T’hadap Beban Hidup


… Cara Pandang T’hadap Beban Hidup …


Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut. Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: ” Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?
                                                                                      
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.  Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya.” Kata Covey.

“ Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya.” Lanjut Covey.”Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memamfaatkannya…!! Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat , atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.


Start the day with smile and have a good day…